Buang tikus di jalanan,sebuah budaya baru warga kota


Bangkai identik barang yang mati dan berbau busuk, sudah tahu kalau busuk malah dibuang sembarang tempat bahkan dijalanan sekalipun.

Ketika saya berangkat kerja hampir setiap pagi menemui bangkai tikus”werok” kalau saya bisa mengatakan, werok adalah seekor tikus dengan ukuran sangat besar kira-kira sebesar anak kucing. sudah tergeletak menjadi mayat, dibuang begitu saja di jalanan kota, pikir yang membuang gag usah repot-repot kali pergi ke tempat penampungan sampah.

Saya pikir barangkali nanti ada orang berbaik hati menyingkirkan atau membuang ketempat yang layak, ketika tak sengaja siang hari lewat jalan yang sama , saya sengaja pasang mata kalo-kalo bangkai itu sudah tidak ada …. Uff bangkai sudah tidak ada alias berubah bentuk, kondisi mengenaskan dengan isi perut berurai dan hampir rata dengan jalan raya … kasihan itu tikus!!.

Saya jadi mikir kalo sebentar lagi puluhan kendaraan menggilas berulang-ulang dan dalam kondisi panas terik, akhirnya bangkai itu jadi dendeng dan sangat kering sekali akhirnya hancur lebur berurai dan diterbangkan oleh angin , dan udara kita hisap kembali !!!, apa yang terjdi ?...... kita tahu tikus adalah hewan pembawa penyakit PES itu yang saya tahu ketika Sekolah Dasar dulu , saya tak bisa membayangkan virus-virus penyakit PES berkeliaran di sekeliling kita dan tanpa kita sadari itu akibat perbuatan kita sendiri.

Budaya instant dan mau gampang itulah yang mulai berkembang saat ini, orang maunya yang serba praktis dan gampang . buang sampah di got meskipun tempat sampah sudah tersedia , begitu juga orang buang bangkai bukannnya di kubur atau malas-malasnya ke tempat sampah, dengan enak saja dibungkus tas plastik dan dilempar ke jalanan. Kadang kita tak sadar kalau budaya seperti ini akan menimbulkan bencana yang terkadang kita sering terlambat menyadarinya. (pri-09)

0 komentar: